Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN MALAM: "SEUNTAI KATA UNTUKMU, KAWAN."


Inno Ngutra


Penaku terpaksa berhenti menulis di atas kertas putih itu untuk mempersiapkan kotbah dalam misa pagi esok. Pikiran dan hatiku bersatu menuju suatu fokus di kedalaman jiwaku. Aku terdiam sejenak menikmati indahnya ziarah jiwaku mengikuti kepergiaan seorangmu sebagai seorang teman dan saudara dalam imamat Kristus, sambil bertanya...; "Apakah kematian dengan cara seperti itu adalah sebuah kesia-siaan?" Kadang pikiran tak mampu berpikir dan hati tak berdaya bermenung tentang caranya maut merenggut jiwa. Bertanya tentang wajar tidaknya sebuah cara kematian akan membuat kita sampai pada titik di mana kadang kita menghojat Allah atas cara kematian orang-orang yang kita cintai. Mengapa orang baik ini harus mati ditabrak? Mengapa orang kudus itu harus mati diterkam binatang buas? Mengapa orang yang kucintai hidupnya hanya sesaat saja di dunia ini? Tuhan, biarlah saat ini aku berhenti bertanya tentang mengapa dan mampukanlah aku untuk melihat keindahan di balik sebuah peristiwa kematian apa pun bentuknya.

Apakah kematian adalah sebuah kekosongan dan ketiadaan? Banyak orang mencoba menentang keberadaan-Mu ketika memaksa kami untuk berpikir bahwa sesungguhnya Engkau adalah ketiadaan. Engkau tidak ada. Mengapa kami harus menjadi baik selama hidup terberi? Apa yang terjadi jika peristiwa kematian menjadi akhir segalanya? Namun, aku percaya bahwa Engkau telah membangkitkan putra si janda itu. Engkau pun telah membangkitakan Lazarus sahabat-Mu, dan akhirnya Engkau sendiri telah bangkit dari kematian, agar mengatakan kepada kami untuk percaya bahwa kematian adalah gerbang menuju kehidupan kekal bersama-Mu? Di mana? Di surga. Surga itu di mana? Aku pun tidak tahu dan tidak perlu tahu, karena aku yakin akan sabda-Mu ini; "Aku akan pergi dan menyiapkan tempat bagimu. Jika tempat itu telah tersedia maka Aku akan kembali untuk membawa engkau ke tempat di mana Aku berada." Wow, bukankah ini adalah jaminan kehidupan kekal setelah kematian? Bukankah ini mau mengatakan bahwa kematian adalah sebuah tahap indah dan lebih bermakna dari kehidupan itu sendiri?

Kulihat kembali pesan yang tertulis di facebook mulai dari siang tadi sampai malam ini. Kubaca kembali pesan teman-teman satu persatu yang mau mengatakan rasa cinta mereka tentang kepergianmu, sahabat dan saudaraku dalam imamat Kristus, romo Wisnu. Dari lubuk hatiku keluarlah doa kecil ini:

"Kawan, akhirnya saat itu menjemputmu walaupun air mata harus mengalir karena kematian merenggutmu atas cara yang tidak wajar. Tapi, yang indah dan pantas kurenungkan ketika aku masih diberi kesempatan untuk hidup yakni kematian adalah sebuah gerbang menuju keabadian. Hatiku pun rindu akan tiba saat terindah itu. Engkau telah diciptakan dan diberi anugrah imamat yang indah. Engkau telah menyelesaikan pertandingan iman ini dan sekarang saatnya engkau mendapatkan piala kemenangan dari Sang Penyelenggara pertandingan kehidupan. Walaupun mata kita tak pernah bertemu pandang, walaupun tangan kita tak pernah berjabat merasakan kehangatan kasih sayang sebagai sahabat dan saudara dalam satu iman dan imamat, namun apa yang kupercaya adalah kita telah dipersatukan dalam cinta SANG PENCINTA. Selamat jalan kawan...sampaikan salamku untuk SANG BAPA, PUTRA dan ROH KUDUS. Bisikanlah kepada BUNDA untuk selalu memelukku dalam perjalanku untuk bertemu dengan semua yang ada di tempat di mana engkau berada sekarang ini. Amin."

Setelah kuakhiri doa kecil ini, aku pun mencoba untuk melanjutkan homiliku untuk kubawakan dalam misa esok. Biarlah yang masih hidup mengakui bahwa Engkau tetap mencintai kami, baik yang masih hidup maupun sudah meninggal dengan cinta yang satu dan sama. Jadilah sempurna, sama seperti Bapamu di surga sempurna adanya." Kawan, engkau telah berada di hapadan Sang Sempurna. Doakanlah aku yang sementara berjuang untuk menjadi sempurna ini.

Salam seorang sahabat untuk para sahabat,

Romo Inno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Follow Us