Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN MALAM: "PESAN CINTA KAUM TAK BERSUARA"


Sapaan seorang sahabat,   

Setiap kali kutuliskan dan kukirimkan sesuatu kepadamu maka satu hal yang selalu kutanamkan dalam hati dan pikiranku bahwa Anda mampu melakukannya apa yang diminta dalam tulisan ini. Ini menjadi dukungan bagimu bahwa walaupun orang lain mungkin meragukanmu tapi itu tidak bagiku sebagai sahabatmu. Kisah di bawah ini aka...n mengatakan sesuatu yang indah jika Anda mau memaknai di kedalaman jiwamu.


RENUNGAN MALAM: PESAN CINTA DARI KAUM TAK BERBICARA


“Wow...sangat indah, bahagia dan rasanya surga telah mendarat di hadapanku ketika ketiga sosok berpakain putih itu larut dalam perbincangan akrab diiringi ekpresi kebahagiaan dan canda tawa yang mempesona.”

            Keluar dari taxi, kulihat waktu telah menunjukkan pukul 6.55am berarti tinggal 5 menit lagi saya akan merayakan misa pagi di kapel kecil itu. Tiba-tiba langkahku terhenti sejenak ketika memandang 3 sosok tubuh berpakain putih yang sementara berjalan beriringan berlawanan arah denganku; Sang ayah sedang berbicara sambil berjalan, sementara si ibu mendengarkannya diiringi ekpresi kegembiraan lewat tawa dan sesekali mencubit tubuh suaminya, sedangkan si gadis, buah hati mereka berlari kecil sambil mengikuti derap langkah kedua orang tuanya. Terpaku aku memandang keakraban dan keharmonisan mereka, pikiran membayangkan peristiwa transfigurasi yang dilukiskan oleh pengarang Injil ketika Yesus berbicara dengan Musa dan Elia yang membuat Petrus, Yohanes dan Yakobus larut dalam sebuah pengalaman batin yang luar biasa, di mana kehadiran Allah sungguh terasa.

            Ayunan langkah ketiga sosok itu semakin mendekat dan membuat jantungku semakin berdetak kencang ketika sang suami tidak bisa mengeluarkan bunyi kata yang jelas dari mulutnya, dan hanya gerakan tangan yang lincah diiringi ekspresi wajahnya yang riang gembira, sementara sang istri tertawa terbahak-bahak mendengar dan menyaksikan gaya cerita suaminya. Wow, ternyata mereka adalah keluarga bisu yang baru pulang dari Perayaan Ekaristi pagi. Walaupun mereka telah berlalu tapi aku masih terpaku di tempat sambil memandang ketiga sosok yang telah memberi pesan cinta yang mendalam kepadaku lebih dari kata yang terucap, lebih dari bait puisi sang penyair, dan lebih dari indahnya deretan kata-kata pencipta lagu. Ketika melihat kembali arah jarum jam ternyata sudah lewat 5 menit dari waktu perayaan Ekaristi yang ditentukan sehingga aku harus berlari cepat memasuki area kapel kecil itu.

Saudaraku yang tercinta, jika malam ini Anda sempat membaca kisah ini maka aku hanya mau mengajakmu untuk merenungkan akan hal ini bahwa kadang kecenderungan untuk banyak bicara, apalagi menjelekkan orang lain bisa menjadi pedang tajam yang mengiris dan melukai hati dan perasaan orang lain. Aku pernah mengingatkanmu bahwa “bekas luka karena irisan pedang atau pisau bisa terhapus di tubuhmu tapi sayatan kata tidak pernah hilang di hati dan pikiran seseorang.” Si bisu memberikan pesan cinta ini kepada kita semua bahwa indahnya kata dan kalimat yang tesusun rapih tidak menjadi jaminan bagi sikap saling mengerti dan membangun keharmonisan dalam sebuah keluarga. Sebaliknya, kerelaan untuk saling mendengarkan dan memaknai setiap gerakan hati/jiwa orang lain lebih indah maknanya daripada kata yang sempat terucap. Sang istri yang  bisu mengajarkan kepada kita untuk lebih banyak mendengar dan ikut larut dalam kebahagiaan sang suami yang sementara berkisah daripada membalas dengan kata dan komentar yang tidak penting, dan bahkan menyakitkan hati dan perasaan sang pembicara. Membiarkan orang lain berbahagia adalah tindakan pengorbanan dari seorang pencinta sejati. Demikian pun kegembiraan si anak yang berlari kecil mengikuti derap langkah kedua orang tuanya mau mengatakan bahwa ia merasa aman dan bahagia tinggal, hidup dan berjalan bersama orang tuanya yang saling mengerti dan hidup dengan harmonis.

Saudaraku, aku hanya mau datang kepadamu malam ini dan membisikan kepadamu bahwa “jika keluarga bisu itu mampu hidup damai, harmonis dan aman sentosa, maka bagaimana tentang keluargamu?” Jangan pernah katakana bahwa kami tidak bisa, karena sampai kapan pun aku akan tidak percaya kepada ucapanmu. Engkau pasti bisa bahkan lebih dari mereka bila engkau mau dan rela. Engkau hanya bisa menjadi pribadi yang rela dan mau jika sifat kerendahan hati menjadi bagian yang tak terpisahkan darimu. Jika malam ini Anda membaca dan merenungkan kisah ini maka sadarlah bahwa Tuhan sedang menunggu kalian mewujudkan damai dan cinta di dalam keluargamu masing-masing. Dan, jika orang lain meragukan kemampuanmu untuk dapat berkomunikasi dengan baik seperti keluarga bisu tadi; jika orang lain tidak percaya bahwa Anda dapat hidup dengan damai dan harmonis di dalam keluargamu maka tolong masuk lebih ke dalam, di kedalaman jiwamu dan rasakanlah kehadiran Tuhan di sana, yang selalu tersenyum untukmu. Ingatlah pula bahwa ada seorang sahabat yang selalu percaya bahwa Anda bisa melakukannya di sisa hidupmu. Itulah aku yang menuliskan semuanya ini untukmu. Karena itu, terimalah persembahan kecil ini dariku sebagai sahabatmu; “Doaku untukmu selalu.”


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Follow Us