Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN MALAM: "PERCAYALAH, AKU ADA DI SINI"


Sapaaan seorang sahabat untuk para sahabat,
                   
Maaf bila renungan malam hadir lebih awal. Aku harus pergi misa sore/malam sehingga pulangnya pasti di atas jam 8 untuk bisa mendapatkan warnet di pusat kota. Karena itu, daripada nanti ada yang menunggu lagi maka sebaiknya aku posting renungan lebih awal untukmu. Harap setelah misa ak...u  punya waktu untuk menjawabmu bila ada pertanyaan atau mohon pencerahan lebih lanjut.
  
Masih lagi seputar Ekaristi; “Percayalah, Aku Ada di sini, adalah hasil relfleksiku dua tahun lalu ketika mengikuti retret 30 hari ala St. Ignasius di sebuah rumah retret milik SJ di pinggiran kota Manila. Apa yang aku yakini bahwa ketika Anda memadang dengan hati Tabernakel atau hosti yang diangkat oleh imam dan yakini bahwa Ia sungguh di sana, maka Ia akan menyapamu di kedalaman hatimu. Sungguh, Aku Ada di sini, dan engkau pun akan mengakui bahwa Ia ada di sana.”



“PERCAYALAH, AKU ADA DI SINI”


Kawan, hari ini aku datang lagi dalam diam dan tinggal di hadirat-Nya untuk merenungkan tentangmakna sakramen Imamat bagiku.  Aku mencoba untuk merenungkan hakekat sakramen imamat yang agung nan indah itu. Kalimat Yesus dalam perjamuan terakhir datang dalam kesadaranku sebagai berikut :"Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu. Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Daku."(Luk 22 : 14- 23).

Kawan, aku mencoba dan mencoba mengaitkan kehadiran kata-kata indah ini dengan sakramen Imamat yang telah kuterima dengan suka cita selama lebih dari 7 tahun. Penjelasan yang kemudian muncul dalam kesadaranku bahwa "Inilah Tubuh-Ku" dan bukan inilah lambang Tubuh-Ku. Ini juga yang pernah dikatakan kepada para murid-Nya ketika Ia mengajar mereka tentang roti yang hidup. Bahwa daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.(Yoh.6: 25-59). Yesus mengatakan ini sebagai sebuah kebenaran dan Ia mengajarkan dengan sungguh-sungguh kepada para murid-Nya. Kemudian dalam (Yoh. 6 : 60 - 66)  setelah mendengarkan ajaran seperti ini banyak murid mengundurkan diri.Seandainya maksud kata-kata Yesus hanya sekedar sebagai lambang, maka tentunya ketika banyak murid mengundurkan diri, Ia akan memanggil kembali mereka dan mengatakan bahwa "jangan pergi karena Aku hanya bercanda. Ini hanya lambang saja. Tapi Ia tak pernah mengatakan seperti ini kan? Artinya, ketika kita merayakan ekaristi dengan menggunakan roti dan anggur, kita harus percaya bahwa roti dan anggur yang fana itu telah berubah menjadi  Tubuh dan Darah-Nya. Dengan kata lain mau dikatakan  bahwa se-fana apapun roti dan anggur itu pada dirinya, tapi ketika dikonsekrasikan oleh imam di altar(karena sakramen imamat), maka roti dan anggur yang fana itu telah berubah menjadi Tubuh dan Darah Yesus sendiri.

Aku lalu bertanya, apa kaitanya dengan sakramen Imamat yang atas refleksi Gereja diberikan kepada segelintir kaum lelaki yang dalam kerapuhan dan kelemahan karena dosa-dosa mereka, dilayakkan untuk menerimanya? Dalam konsekrasi si imam berkata, "Inilah Tubuh-Ku, inilah darah-Ku."  Hal ini bisa dimengerti dalam 2 cara, yakni : pertama, "Ku" menjelaskan tentang pribadi Yesus karena kalimat itu diawali dengan introduksi sebagai berikut "...pada malam sebelum sengsara, Ia mengambil roti dan anggur.... namun di lain pihak ketika sang imam mengulang kata-kata itu, "Ku" juga bisa dikenakan kepada pribadi imam yang mengucapkannya. Artinya, si imam yang melakukan tindakan pengulangan dalam ekaristi telah menyatuh dengan DIA yang memerintahkan agar tindakan itu diulangi. Si imam yang lemah dan rapuh karena dosa-dosanya tidak mampu menguduskan roti dan anggur yang fana itu menjadi Tubuh dan Darah Yesus, melainkan Yesus sendirilah yang menguduskan Diri-Nya lewat kata-kata sang imam. Inti dan hakekat sakramen imamat adalah  tindakan pengorbanan.  Si imam yang lewatnya, sakramen ini ( Tubuh dan Darah Yesus) dikuduskan, melakukan tindakan pengorbanan (sakramen imamat) dan umat yang menerimanya akan dikuduskan karena sakramen ini. Inilah keindahan sakramen imamat bahwa kita (para imam) yang lemah dan rapuh karena dosa-dosa, dilayakkan oleh Dia yang kudus untuk menguduskan umat. Bayangkanlah betapa kasih-Nya yang luar biasa itu tercurah kepadamu dalam kerapuhan dan kelemahan karena dosa-dosamu. Kita dalam keberadaan kita, tidak bisa melayakan diri kita sendiri untuk menjadi imam-Nya, tapi hanya karena kasih sayang-Nya yang melampaui dosa-dosa kitalah, yang melayakkan kita untuk menerima sakramen yang agung dan mulia itu.

Selanjutnya kawan, aku tergoda untuk bertanya, kalau sakramen itu mempunyai daya untuk mengubah  setiap orang yang menerimanya, terutama para imam yang lewatnya roti dan anggur yang fana itu berubah menjadi  Tubuh dan Darah Yesus, mengapa banyak orang (terutama) para imam tidak berubah dalam sikap dan tingkah laku mereka? Suara balasannya sebagai berikut: “Engkau bukanlah hewan atau tumbuhan yang tidak mengerti atau tidak mampu membuat pilihan atas apa yang Kutawarkan kepadamu. Engkau adalah ciptaan yang mempunyai kebebasan untuk memilih. Engkau tidak berubaha karena engkau memilih untuk tidak berubah. Kehendak bebasmu untuk memilih, itulah yang menentukan berubah atau tidaknya engkau dalam hidupmu.”

Kawan, biarpun Ia masuk setiap hari dalam tubuh dan jiwa kita, tapi jika kita tidak bereaksi atas kehadiran-Nya maka roti dan anggur itu tetap menjadi barang yang fana dalam pemaknaan. Sebaliknya, jika kita bersedia untuk berubah maka betapa indahnya kehadiranmu bagi mereka yang berada di sekitarmu. Apa yang digambarkan oleh St. Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus kiranya bisa menggambarkan hal ini bahwa berkat atau tidaknya sakramen itu dalam jiwamu tergantung pada sikap hatimu untuk menerimanya(1Kor.23-25). Bayangkanlah, seandainya setiap orang yang menerima Tubuh dan Darah Yesus  setiap hari (setiap minggu) mau berubah, dan menjadi lemah lembut seperti DIA, maka betapa indahnya dunia ini menjadi tempat yang layak bagi setiap insan untuk dihuni. Kehadiran-Nya mau memberikan kelegaan dan menggantikan hatimu yang membatu dengan yang lembut(Yeh. 36 : 26).

Kawan, apa yang harus kita perbuat sekarang? Percayalah bahwa DIA sungguh Ada di dalam roti dan anggur yang fana itu; bukan hanya sekedar sebagai lambang  melainkan Dia benar-benar ADA dan HADIR ketika kita merayakannya sebagai sebuah tindakan pengenangan akan Dia, terutama ketika Hosti Kudus itu masuk kedalam mulutmu. Kita berubah karena kita percaya. Sebaliknya, Ia tidak bisa mengubah kita bila kita sendiri memutuskan untuk tidak berubah. Semoga sharing hari ini menghantarmu untuk membuka hati dan menerimanya, mengizinkan Dia untuk mengubahmu sesuai dengan kehendak-Nya.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Follow Us