Inno Ngutra
Pertama-tama saya harus meminta maaf karena pariwaranya cukup lama. Rupanya ada yang membayar iklan dengan harga tinggi sehingga iklannya disiarkan lebih lama waktunya dari acara intinya….uang..uang..dan kuasa uang lagi. Tapi memang malam ini ada yang membuat hati sedikit mendongkol. Bagaimana tidak kembali dari kampus sekita...r jam 8 malam karena ada kegiatan, waktu ingin membuka pintu, ternyata kunci gerbang tidak ada di sakuku. Terpaksa kutekan bel dan ada teman yang membantu membuka pintu. Pintu pertama telah terlewati tapi masalah muncul bagaimana masuk ke kamarku sendiri? Sedangkan kunci kamar sendiri saja bisa terlupakan dan bahkan hilang apalagi barang milik orang lain yang dipercayakan kepadaku? Menanyakan kunci lain dari teman dan dengan kunci-kunci itu kucoba membuka pintu kamarku tapi rupanya tidak ada kunci candangan. Apa yang harus kuperbuat? Terpaksa aku meminjam obeng milik teman dan membuka jendela dan setelah masuk ternyata kunciku terlupakan di atas meja. Wele…dulu Yesus bilang; “Cuma pencuri yang masuk ke kandang domba lewat jendela…salah…pagar, sedangkan gembala yang baik pasti masuk lewat pintu.” Tapi, Yesus, malam ini aku mau jujur bahwa aku adalah gembala jiwaku tapi masuk ke kamarku lewat jendela…apakah aku seorang pencuri jiwa? Yesus tertawa saja memadangku dari salib yang ada di hadapanku ketika kutuliskan bait ini.
Agar tidak memperpanjang lagi obrolanku, maka aku mau memenuhi janjiku untuk memberikan renungan “Mutiara 2” dari cerita tentang “TAHI LALAT SANG ROMO,” dengan judul mala mini “HIDUP ADALAH SEBUAH SEBUAH KESEMPATAN UNTUK BERBAGI.”
MUTIARA 2 : “HIDUP ADALAH SEBUAH KESEMPATAN UNTUK BERBAGI.”
Si bijak mengatakan “kualitas hidup seseorang bukan tergantung dari lamanya ia hidup melainkan pada apa yang dapat ia perbuat selama hidup itu terberi untuknya.” Artinya, bila Ada bisa hidup seratus tahun pasti itu menjadi tanda sebuah anugerah besar telah dilimpahkan kepadamu, tapi bukan berarti teman yang hidup cuma 20 tahun memiliki kualitas hidup yang rendah. Umur adalah hiasan hidup tapi hidup itu bermakna atau tidaknya tergantung pada apa yang bisa Anda perbuat selama masa hidupmu itu.
Banyak orang memberikan pendapatnya di kolom di bawah cerita “Tahi Lalat Sang Romo.” Mungkin Anda sendiri tidak sadar bahwa itu hanya perbuatan sesaat di mana setelah Anda membaca lalu memutuskan untuk memberikan komentar, tapi mau tahu apa maknanya bagiku? Itu adalah caranya Anda berbagi apa yang Anda miliki kepada orang lain. Tidak sadarkah bahwa setiap orang yang membaca cerita itu pasti juga tertarik membaca komentar-komentarnya? Saya selalu senang untuk mengatakan; “Mungkin bagimu air sebotol hanyalah untuk memuaskan dahaga sesaat, tapi sebotol air yang sama sangat luar biasa maknanya jika Anda berikan kepada seorang pengemis di pinggir jalan. Mungkin sepotong roti hanyalah teman kopi segelas di kala sore tiba, tapi roti yang sama akan memperpanjang hidup seorang pengemis, setidak-tidaknya untuk sehari. Bukankah sekecil apa pun pemberian kita akan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan? Dalam makna yang sama saya menilai komentar-komentar Anda di bawah cerita “Tahi Lalat Sang Romo.”
Setelah Anda menyadari bahwa Anda sesungguhnya telah memaknai hidupmu dengan memberikan sesuatu kepada yang lain walaupun hanya sepenggal kata sebagai komentar, tapi bagiku, Anda telah turut berbagi apa yang Anda miliki, punyai kepada orang lain. Kadang memang kita tidak tahu dan sadar akan apa yang kita miliki sebagai pemberian atau talenta dari Tuhan di dalam diri kita. Kadang kita membutuhkan orang lain untuk mengatakan bahwa kita punya bakat menulis, menasehati orang, main gitar, dan lain sebagainya. (Ingat cerita tentang pengemis yang membawa kotak emas murni selama bertahun-tahun tapi ia sendiri tidak tahu bahwa itu adalah emas sampai tiba saatnya di mana seorang asing membukanya dan menunjukkan bahwa apa yang dibawa sang pengemis selama bertahun-tahun itu adalah emas). Aku hanya mau katakan bahwa Anda pun berbakat untuk menulis sesuatu, menasehati dan menemani orang lain. Intinya, setiap orang punya sesuatu dalam dirinya untuk dibagikan kepada orang lain. Dan, aku yakinkan Anda sekalian, sahabat-sahabatku bahwa masing-masing orang punya keunikan bakat dan talenta sebagai pemberian Tuhan kepadanya. Bayangkanlah jika setiap orang bisa membaginya kepada orang lain. Bukankah hidup ini menjadi sebuah keindahan? Bukankah bunga yang beraneka warna itu menjadi indah bila disatukan dalam sebuah pot bunga dan diletakkan di atas meja tamu? Karena itu, aku selalu percaya akan yang satu ini; Masalah terletak bukan pada apakah kita DAPAT berbagi atau tidak, tapi pada apakah kita MAU dan RELA untuk berbagi kepada orang lain apa yang kita miliki.
Sahabatku,
Aku hanya berharap agar lewat mutiara iman malam ini, pertama-tama Anda sadar bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan sesuatu sebagai mutiara berharga di dalam dirimu yang tak pernah dapat dimiliki oleh orang lain dalam arti dan makna yang sama. Bila Anda menyadari bahwa itu adalah pemberian Tuhan cuma-cuma kepadamu sebagai berkat maka Anda pun berkewajiban untuk memberikan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Bukankah Ia telah mengingatkan saudara dan saya bahwa “kalau kita telah menerima dengan cuma-cuma maka hendaklah kita juga memberi kepada yang lain dengan cuma-cuma? Janganlah mengharapkan imbalan dari orang yang mendapatkan pemberianmu. Biarlah ia menerimanya sebagai rahmat sementara Anda menantikan imbalan dari Sang Pemberi, yakni Tuhan sendiri. Berilah kesempatan kepada Tuhan untuk memberikan apa yang penting bagi jiwamu daripada pemberian manusia yang kadang hanya untuk memuaskan tubuhmu, keinginan dan hasratmu. Karena itu, aku senang untuk mengulangi nasehatku kepada teman-teman yang selalu menerima renungan pagi dariku lewat email pribadinya; “Jika gelasmu telah terisi penuh dengan air maka tidak ada lagi kesempatan bagi sang pelayan untuk menuangkan air baru di dalam gelasmu.” Minumlah air yang lama agar ketika sang pelayan melihat bahwa gelasmu telah kosong maka ia akan segera datang dan mengisi gelasmu dengan air baru.” Demikian pun apa yang Anda dapatkan dalam tindakan memberi; “Memberi sesuatu kepada orang lain berarti mengeluarkan sesuatu dari rumah kita, dari kepemilikan kita/keterikan kita, bahkan sesuatu dari jiwa kita (tindakan mengosongkan gelas), dan sesaat ketika Anda tidak memiliki dan tidak mengharapkan imbalan dari orang yang menerima pemberianmu maka itulah saat terindah bagi Tuhan untuk mengisi rumahmu, tubuh dan jiwamu dengan berkat-berkat-Nya yang akan membuat Anda terheran-heran ketika menerimanya.
Akhirnya, pesanku kepadamu sahabatku….kalau keluar rumah, harap hati-hati agar kunci rumah dan kamarmu selalu ada padamu. Jangan sampai kejadian yang menimpahku malam ini terjadi padamu. Kasihan…kalau gemuk atau pakai pakaian ketat pasti ngga bisa naik dan masuk lewat jendela. Jangan-jangan dikira pencuri oleh tetangga…malah dilapor kepada satpam….hehehehe….Benar-benar mau rencana gila lagi ni. Doa dan berkat Tuhan kumohonkan untukmu, sahabat-sahabatku.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
Romo Inno
Pertama-tama saya harus meminta maaf karena pariwaranya cukup lama. Rupanya ada yang membayar iklan dengan harga tinggi sehingga iklannya disiarkan lebih lama waktunya dari acara intinya….uang..uang..dan kuasa uang lagi. Tapi memang malam ini ada yang membuat hati sedikit mendongkol. Bagaimana tidak kembali dari kampus sekita...r jam 8 malam karena ada kegiatan, waktu ingin membuka pintu, ternyata kunci gerbang tidak ada di sakuku. Terpaksa kutekan bel dan ada teman yang membantu membuka pintu. Pintu pertama telah terlewati tapi masalah muncul bagaimana masuk ke kamarku sendiri? Sedangkan kunci kamar sendiri saja bisa terlupakan dan bahkan hilang apalagi barang milik orang lain yang dipercayakan kepadaku? Menanyakan kunci lain dari teman dan dengan kunci-kunci itu kucoba membuka pintu kamarku tapi rupanya tidak ada kunci candangan. Apa yang harus kuperbuat? Terpaksa aku meminjam obeng milik teman dan membuka jendela dan setelah masuk ternyata kunciku terlupakan di atas meja. Wele…dulu Yesus bilang; “Cuma pencuri yang masuk ke kandang domba lewat jendela…salah…pagar, sedangkan gembala yang baik pasti masuk lewat pintu.” Tapi, Yesus, malam ini aku mau jujur bahwa aku adalah gembala jiwaku tapi masuk ke kamarku lewat jendela…apakah aku seorang pencuri jiwa? Yesus tertawa saja memadangku dari salib yang ada di hadapanku ketika kutuliskan bait ini.
Agar tidak memperpanjang lagi obrolanku, maka aku mau memenuhi janjiku untuk memberikan renungan “Mutiara 2” dari cerita tentang “TAHI LALAT SANG ROMO,” dengan judul mala mini “HIDUP ADALAH SEBUAH SEBUAH KESEMPATAN UNTUK BERBAGI.”
MUTIARA 2 : “HIDUP ADALAH SEBUAH KESEMPATAN UNTUK BERBAGI.”
Si bijak mengatakan “kualitas hidup seseorang bukan tergantung dari lamanya ia hidup melainkan pada apa yang dapat ia perbuat selama hidup itu terberi untuknya.” Artinya, bila Ada bisa hidup seratus tahun pasti itu menjadi tanda sebuah anugerah besar telah dilimpahkan kepadamu, tapi bukan berarti teman yang hidup cuma 20 tahun memiliki kualitas hidup yang rendah. Umur adalah hiasan hidup tapi hidup itu bermakna atau tidaknya tergantung pada apa yang bisa Anda perbuat selama masa hidupmu itu.
Banyak orang memberikan pendapatnya di kolom di bawah cerita “Tahi Lalat Sang Romo.” Mungkin Anda sendiri tidak sadar bahwa itu hanya perbuatan sesaat di mana setelah Anda membaca lalu memutuskan untuk memberikan komentar, tapi mau tahu apa maknanya bagiku? Itu adalah caranya Anda berbagi apa yang Anda miliki kepada orang lain. Tidak sadarkah bahwa setiap orang yang membaca cerita itu pasti juga tertarik membaca komentar-komentarnya? Saya selalu senang untuk mengatakan; “Mungkin bagimu air sebotol hanyalah untuk memuaskan dahaga sesaat, tapi sebotol air yang sama sangat luar biasa maknanya jika Anda berikan kepada seorang pengemis di pinggir jalan. Mungkin sepotong roti hanyalah teman kopi segelas di kala sore tiba, tapi roti yang sama akan memperpanjang hidup seorang pengemis, setidak-tidaknya untuk sehari. Bukankah sekecil apa pun pemberian kita akan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan? Dalam makna yang sama saya menilai komentar-komentar Anda di bawah cerita “Tahi Lalat Sang Romo.”
Setelah Anda menyadari bahwa Anda sesungguhnya telah memaknai hidupmu dengan memberikan sesuatu kepada yang lain walaupun hanya sepenggal kata sebagai komentar, tapi bagiku, Anda telah turut berbagi apa yang Anda miliki, punyai kepada orang lain. Kadang memang kita tidak tahu dan sadar akan apa yang kita miliki sebagai pemberian atau talenta dari Tuhan di dalam diri kita. Kadang kita membutuhkan orang lain untuk mengatakan bahwa kita punya bakat menulis, menasehati orang, main gitar, dan lain sebagainya. (Ingat cerita tentang pengemis yang membawa kotak emas murni selama bertahun-tahun tapi ia sendiri tidak tahu bahwa itu adalah emas sampai tiba saatnya di mana seorang asing membukanya dan menunjukkan bahwa apa yang dibawa sang pengemis selama bertahun-tahun itu adalah emas). Aku hanya mau katakan bahwa Anda pun berbakat untuk menulis sesuatu, menasehati dan menemani orang lain. Intinya, setiap orang punya sesuatu dalam dirinya untuk dibagikan kepada orang lain. Dan, aku yakinkan Anda sekalian, sahabat-sahabatku bahwa masing-masing orang punya keunikan bakat dan talenta sebagai pemberian Tuhan kepadanya. Bayangkanlah jika setiap orang bisa membaginya kepada orang lain. Bukankah hidup ini menjadi sebuah keindahan? Bukankah bunga yang beraneka warna itu menjadi indah bila disatukan dalam sebuah pot bunga dan diletakkan di atas meja tamu? Karena itu, aku selalu percaya akan yang satu ini; Masalah terletak bukan pada apakah kita DAPAT berbagi atau tidak, tapi pada apakah kita MAU dan RELA untuk berbagi kepada orang lain apa yang kita miliki.
Sahabatku,
Aku hanya berharap agar lewat mutiara iman malam ini, pertama-tama Anda sadar bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan sesuatu sebagai mutiara berharga di dalam dirimu yang tak pernah dapat dimiliki oleh orang lain dalam arti dan makna yang sama. Bila Anda menyadari bahwa itu adalah pemberian Tuhan cuma-cuma kepadamu sebagai berkat maka Anda pun berkewajiban untuk memberikan kepada orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Bukankah Ia telah mengingatkan saudara dan saya bahwa “kalau kita telah menerima dengan cuma-cuma maka hendaklah kita juga memberi kepada yang lain dengan cuma-cuma? Janganlah mengharapkan imbalan dari orang yang mendapatkan pemberianmu. Biarlah ia menerimanya sebagai rahmat sementara Anda menantikan imbalan dari Sang Pemberi, yakni Tuhan sendiri. Berilah kesempatan kepada Tuhan untuk memberikan apa yang penting bagi jiwamu daripada pemberian manusia yang kadang hanya untuk memuaskan tubuhmu, keinginan dan hasratmu. Karena itu, aku senang untuk mengulangi nasehatku kepada teman-teman yang selalu menerima renungan pagi dariku lewat email pribadinya; “Jika gelasmu telah terisi penuh dengan air maka tidak ada lagi kesempatan bagi sang pelayan untuk menuangkan air baru di dalam gelasmu.” Minumlah air yang lama agar ketika sang pelayan melihat bahwa gelasmu telah kosong maka ia akan segera datang dan mengisi gelasmu dengan air baru.” Demikian pun apa yang Anda dapatkan dalam tindakan memberi; “Memberi sesuatu kepada orang lain berarti mengeluarkan sesuatu dari rumah kita, dari kepemilikan kita/keterikan kita, bahkan sesuatu dari jiwa kita (tindakan mengosongkan gelas), dan sesaat ketika Anda tidak memiliki dan tidak mengharapkan imbalan dari orang yang menerima pemberianmu maka itulah saat terindah bagi Tuhan untuk mengisi rumahmu, tubuh dan jiwamu dengan berkat-berkat-Nya yang akan membuat Anda terheran-heran ketika menerimanya.
Akhirnya, pesanku kepadamu sahabatku….kalau keluar rumah, harap hati-hati agar kunci rumah dan kamarmu selalu ada padamu. Jangan sampai kejadian yang menimpahku malam ini terjadi padamu. Kasihan…kalau gemuk atau pakai pakaian ketat pasti ngga bisa naik dan masuk lewat jendela. Jangan-jangan dikira pencuri oleh tetangga…malah dilapor kepada satpam….hehehehe….Benar-benar mau rencana gila lagi ni. Doa dan berkat Tuhan kumohonkan untukmu, sahabat-sahabatku.
Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,
Romo Inno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar