Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN MALAM: “HATIKU TERGERAK OLEH BELAS KASIHAN”



Pengantar

          Sebelumnya saya mohon maaf karena seharian saya berada di kampus untuk urusan perkuliahan dan baru saja sampai di tempat kost. Menulis sebuah tulisan baru rasanya saya tidak memiliki waktu yang cukup. Karena itu, saya membuka kembali file yang berisi cerita dan sharing saya kepada seorang teman di Indonesia pada tahun 2009 y...ang lalu, dan syukur temanya tentang “pentingnya mengaku dosa.” Saya juga perlu meminta maaf di awal, soalnya tulisan ini lebih sebagai sebuah sharing pengalaman pribadi kepada teman dekatku yang kami sepakat sama-sama berbagi pengalaman rohani dengan cara berdoa dan berpuasa bersama-sama bila ada kebutuhan khusus atau permintaan dari orang lain. Maaf juga bila tulisan ini terkesan sebagai sebuah kesombongan rohani, tapi jujur kukatakan bahwa ini hanyalah sebuah sharing pribadi di antara dua sahabat dekat, dan yang saat ini kubagikan kepadamu sebagai “Renunngan Malam” dengan maksud membantumu mempersiapkan sebuah masa pertobatan yang indah, yang akan kita mulai pada hari RABU ABU nanti.


Memaknai Sakramen Pengakuan Dosa


Selama bulan Mei 2009 ini, aku diberi banyak kesempatan untuk duduk berjam-jam mendengarkan para peniten yang datang mengaku dosa. Pengalaman berahmat ini sungguh menggugah hatiku, sekaligus juga seperti sebuah "teguran" halus dari Tuhan atas dosa-dosaku juga ketika mendengarkan bagaimana (apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh umat ketika mereka melakukan dosa). Menyadari akan "keindahan rahmat pengampunan" yang luar biasa ini, maka izinkanlah aku mengsharingkan kepada ibu beberapa rahmat (mutiara iman) yang terkandung dalam "Sakramen Pengampuan" (yang sekarang kiranya menjadi kurang populer di dunia kita yang melihat segala bentuk keberhasilan sebagai hasil dari kekuatan pikiran (otak) dan kerja keras mereka semata, sementara Allah tak ditakuti lagi bahkan ditinggalkan). Dalam konteks ini, "Tuhan dibutuhkan sejauh  ada yang kurang dari kita yang mampu".


    Banyak hamba Tuhan yang memiliki kedalaman hidup spiritual mengakui bahkan berani membuat kesimpulan bahwa "Allah itu menjadi Allah ketika Ia dikenal sebagai Allah yang penuh belas kasihan".  Artinya, dalam "sifat belas kasih-Nyalah, Allah dapat dipahami sebagai Allah."  Kalau ini adalah sebuah pemahaman yang sulit untuk dimengerti maka baiklah aku mencoba menguraikan dari sisi Sakramen Pengampunan. Apa yang dialami oleh seorang pendosa berat seperti dalam perumpamaan Yesus tentang pengalaman sang hamba yang diberi pengampunan dengan dihapusnya segala hutangnya (Mat 18 : 27 ; Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan  akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapus hutangnya).  Tapi tolong baca ayat ini dalam konteks Mat.18: 21-37) agar bisa memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap tentang ayat yang terkutip.

    Kehadiran sakramen pengampunan dalam Gereja Katolik memang mendatangkan banyak kritikan tentang hakikat terdalam dari sakramen itu sendiri; Siapa yang bisa mengampuni dosa selain Allah? Apalagi si romo yang duduk sebagai penyalur rahmat itu juga seorang pendosa. (Maaf, aku tidak akan menghantarmu untuk membahas tentang bagian ini). Tinggalkanlah apa yang ada dalam pikiranmu, dan marilah berjalan bersamaku ke kedalaman jiwa, di mana aku selalu yakin bahwa Allah ada di sana, dan Ia sedang menanti kita.

Oleh karena itu, kehadiran sakramen ini dalam Gereja bukan sebagai pengganti "keberadaan Allah" melainkan sebagai "sarana" yang mempertemukan "Yang Ilahi (Allah) sebagai Sang pemilik Rahmat ini dan hanya Dialah yang bisa memberikan rahmat ini melalui para romo di kamar pengakuan dengan "Yang fana" (manusia) sebagai makluk ciptaan-Nya. Hendaknya sikap yang ditunjukkan saat pengakuan adalah; aku sedang berhadapan dengan Tuhan sendiri lewat kerapuhan diri seorang romo (yang hanya dilayakkan berada di sana karena sakramen Imamat yang diterimanya).


Pengalaman di Kamar Pengakuan

Kemarin si peniten telah dihantar untuk melihat masa lampaunya dimana karena dosa hubungan yang mesra antara Allah dan si peniten telah menjadi hancur. Hari ini, si peniten akan dihantar untuk melihat "MASA SEKARANG" di mana Allah sebagai Bapanya telah melupakan masa lalu si peniten sebagai anak-Nya dan menerimanya sebagaimana adanya dia. Masa sekarang adalah ungkapan kesadaran seseorang di hadapan Allah yang kini berhadapan dengan dia dalam kemesraan hubungan sebagai seorang bapa dan anak. Kisah dalam Luk.15:20b; "Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia." Ciuman dan rangkulan adalah ungkapan kasih dan cinta seorang bapa yang tanpa batas. Dalam rangkulan dan ciuman seperti ini terungkap sikap seorang bapa yang mampu "memaafkan dan melupakan" segala masa lalu anaknya yang telah berdosa terhadapnya. Bagi manusia sangatlah sulit untuk memaafkan dana melupakan luka batin dalam waktu yang bersamaan, tapi Allah mampu melakukannya untukmu karena Ia adalah Allah Maha Pengampun.


Oleh karena itu, selesai waktu jedah untuk sesaat, aku selalu melanjutkan dengan nasehat sebagai berikut:

"Anakku, apa yang telah kamu ceritakan tadi, adalah cerita masa lampaumu. Janganlah berpikir keras tentang masa lalumu karena Allah sendiri tidak pernah mengingatkanmu pada masa lalumu, akan dosa-dosamu. Apa yang diingatkan oleh Allah kepadamu adalah tentang rahmat dan berkat-Nya yang telah ditempatkan dalam dirimu yang fana itu. Allah tidak pernah berpikir tentang dosa-dosamu tapi yang dipikirkan oleh Allah ialah dirimu; bagaimana Ia bisa mendapatkannya kembali jiwamu dalam keadaan selamat.

Anakku, walaupun Anda seorang berdosa. Walaupun Anda telah melakukan dosa yang banyak itu, tapi mau tahu apa yang diperbuat oleh Allah ketika Anda berada di sini? Anakku, Allah tidak pernah membencimu. Allah tidak pernah menghukummu dan menolakmu hanya karena Anda seorang pendosa. Engkau sungguh berarti di mata Allah. Anakku, Allah membenci dosa-dosamu tapi Ia sangat mencintai dirimu. Allah mencintaimu sebagaimana engkau ada, bukan sebagaimana engkau harus ada. Mau tahu kenapa? Karena Allah itu baik dan Allah itu cinta, dan Ia mencintai dan menerimamu sebagaimana engkau ada.

Dan, wow...inilah moment terindah dalam hidupmu anakku. Mau tahu kenapa? Karena inilah harimu. Inilah waktumu. Allah telah menyiapakan sesuatu yang indah dan akan diberikan kepadamu. Engkau adalah orang yang diundang secara khusus. Engkaulah yang terpilih oleh Allah diantara umat manusia; di antara sahabat-sahabatmu; di antara sanak keluargamu untuk menerima rahmat yang begitu agung dan indah dari-Nya. Rahmat itu adalah rahmat PENGAMPUNAN. Saat engkau berada di sini, engkau berada di tempat yang benar untuk menerimanya, dan Allah telah mengampunimu anakku, apapun dosa yang telah engkau lakukan. Allah mengampunimu karena Ia sangat mencintaimu dan ingin engkau bertumbuh menjadi alat-Nya yang berarti di mata-Nya. Wow, inilah moment terindah dalam hidupmu anakku bahwa Allah melayakkan engkau untuk menerima rahmat yang besar dan agung ini. Inilah masa di mana Allah menunjukkan betapa dalam dan lebarnya cinta-Nya kepadamu, bahkan dosa-dosamu saja tidak bisa menghalangimu untuk menerima rahmat ini.

Dalam sharing kemarin, kita mendapati bahwa si peniten merasakan sesuatu yang sungguh indah dan tak terduga ketika berada di hadapan Allah. Dengan dosa yang sebanyak dan seberat itu, ia datang dihadapan Allah dengan kepasrahan total untuk menerima apapun sebagai hukumannya tapi sungguh yang terjadi sebaliknya bahwa Allah berkata kepadanya: "Aku pun tidak menghukum engkau". (Yoh.8:11a). Bukankah inilah saat pelepasan dari beban dosa? Bukankah apa yang Ia katakan bahwa kuk yang kupasang enak dan beban-Ku pun ringan memang terbukti benar? Yang ada adalah tangisan kebahagiaan; yang tersisa adalah ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas pengalaman pembebasan ini. Inilah cara Allah memperlakukan para pendosa. Mungkin secara salah kita akan berkata bahwa kalau begitu, kita berdosa saja. Kenapa? Karena toh ketika ada kesempatan mengaku dosa, pasti Allah akan memberikan pengampunan-Nya. Wow, kalau kita berada dalam jalur pemikiran seperti ini maka kita berada dalam jalur yang keliru bahkan salah karena mengabaikan kasih Allah yang besar itu. Cinta yang dibalas dengan dosa dan pengkhianatan adalah penghakiman itu sendiri. Itulah sebabnya, Yesus bilang: Aku tidak menghukum siapapun tapi perkataan dan perbuatan dosa kita sendirlah yang akan menghukum kita di hadapan lautan cinta kerahiman Sang Bapa. Sebaliknya ketika seseorang mampu menunjukkan cintanya yang luar biasa kepada kita, apa yang harus kita lakukan kepadanya sebagai balasan, adalah balas mencintainya. Jika Allah mencintaimu secara tak bersyarat maka hendaklah dalam cara yang sama engkau harus menunjukkan cintamu kepada-Nya.

Setelah si peniten berada dalam lautan kenikmatan akan kasih Allah karena mendapatkan pengampunan yang luar biasa itu, maka cerita cinta ini belum berakhir. Ada tahap terakhir yang harus dilalui oleh seorang peniten untuk membuktikan kepada Sang Pemberi pengampunan bahwa dia pun bisa berubah karena rahmat ini. Kepada para peniten dalam tahap terakhir sebelum menerima berkat, nasehat ini selalu kuberikan;  Anakku, kalau sekarang engkau mendapatkan pengampunan dengan cuma-cuma, maka apa yang Allah inginkan darimu setelah kembali ke rumah adalah; ubahlah cara hidupmu,  perkataan dan perbuatanmu. Ubahlah apa yang salah yang membawamu kepada dosa demi cintamu kepada Dia yang saat ini telah memberi pengampunan kepadamu.  Aku selalu bertanya; Mampukah Anda melakukannya, anakku? Mereka biasa menjawab : Saya akan mencoba yang terbaik atau saya bisa lakukan itu romo. Aku langsung menjawab: wow, aku sangat bangga dan senang mendengar jawabmu. Mau tahu kenapa? Mereka lalu menjawab; kenapa romo? Inilah jawaban yang selalu membuat mereka terperanjat. Ya, karena aku sangat percaya kepadamu. Aku percaya bahwa engkau mampu membuat yang terbaik untuk Tuhan, untuk sesama dan untuk dirimu sendiri. Selanjutnya aku bertanya: Mau tahu kenapa aku sangat percaya kepadamu? Mereka selalu menjawab; kenapa romo? Kekaguman mereka semakin bertambah karena aku memberikan jawaban yang tak terpikirkan oleh mereka sebelumnya, yakni karena Anda memiliki iman dan kekuatan.  Lalu aku bertanya;  Apa sumber kekuatanmu? Ngga tahu! Itulah jawaban mereka dan aku menimpali; kekuatanmu, bukan SESUATU  atau bukan pula  KATA-KATA INDAH. Tapi dengarkanlah anakku, sumber kekuatanmu adalah seseorang dan dia adalah YESUS. Ya, Dialah Yesus, anakku, yang tidak pernah jauh darimu. Ia berada di hatimu untuk selamanya. Hanya kadang engkau sendiri tidak merasakan kehadiran-Nya karena terlena dengan dosa-dosamu.

Oleh karena itu, anakku. Aku ingin meyakinkan engkau bahwa jika engkau benar2 percaya kepada-Nya, maka Jangan takut. Lagi, jangan takut! Dalam apapun yang akan engkau kerjakan dan di manapun engkau berada, Allahmu takkan pernah meninggalkanmu seorang diri. Ia akan memberkatimu selalu. Berkat dan rahmat-Nya selalu bersamamu untuk selamanya. Sebab Allah itu baik dan Allah itu penuh cinta, dan Ia selalu mencintaimu apa adanya. Inilah tugasmu, pergilah dan berbuatlah itu untuk Allahmu, anakku. Doaku selalu bersamamu.


Membangun Sebuah Kesadaran Diri

Inilah pengalaman kasih Allah di dalam dan melalui kamar pengakuan. Sebagai manusia, kadang aku terjebak untuk membanggakan diri ketika bisa membuat si peniten meneteskan air mata penyesalan. Sepertinya penyesalan seseorang hanya dipersempit pada tetesan air matanya saja tapi air mata bukanlah segalanya. Hal yang paling penting adalah bagaimana si peniten sadar akan dosa-dosanya, mengalami kasih Allah yang luar biasa lewat pengakuan dosa dan akhirnya ia pergi memperbaiki hidupnya. Aku mengembalikan semua pujian (karena para peniten biasanya mengucapkannya sebelum meninggalkan kamar pengakuan) kepada Sang pemilik rahmat itu. Apa yang kulakukan adalah hanya menjadi sebuah alat yang bermanfaat karena bergantung pada Dia, yang memakaiku sebagai alat-Nya.

Seperti yang saya sharingkan pada hari pertama bahwa sebelum menyalakan lampu tanda kesediaan romo untuk menerima kehadiran peniten, aku selalu menyempatkan diri berdiam selama 5 menit hanya untuk memohon ampun atas kedosaan dan ketidaklayakanku untuk menyalurkan rahmat-Nya yang besar dan agung ini. Kata-kata ini selalu mengalir dari mulutku;  Tuhan, Engkau tahu siapa diriku. Aku tidak pantas untuk duduk di sini sebagai penyalur rahmat-Mu ini. Akan tetapi, aku percaya bahwa ini adalah kehendak-Mu dengan rahmat tahbisan imamat yang telah Kau percayakan kepadaku dalam kelemahan dan kerapuhan sebagai seorang manusia. Maka, jika aku boleh meminta kepada-Mu saat ini, ampunilah dosa dan salahku dan pakailah aku secara ajaib dan mengherankan untuk menyalurkan rahmat agung ini kepada mereka yang kau undang sendiri untuk datang menerimanya. Biarlah Engkau sendiri berbicara dan menyentuh hati mereka dengan kata-kata-Mu melalui keterbatasan kata dan ucapanku. Semua proses ini kupercayakan kepadaMu sebagai Sang Pemilik dan kiranya Engaku menuntunku dalam setiap kata dan ucapan yang tertuju kepada orang-orang pilihan-Mu saat ini. Dengan berakhirnya ucapan ini maka aku merasa siap untuk menerima para peniten yang masuk.

Kadang aku sendiri tidak percaya akan kemampuan, akan apa yang telah kuucapkan ketika berhadapan dengan para peniten namun dalam pengalaman keterpesonaan inilah, aku dihantar untuk mengakui kedasyatan kuasa Tuhan yang luar biasa ketika kita berpasrah kepada-Nya. Ketika segala sesuatu diserahkan kepada Dia sebagai pemiliknya maka apa yang tidak mungkin bagi Dia? Semuanya menjadi mungkin karena hanya Dia-lah yang bisa membuat segala yang mungkin menjadi tidak mungkin dan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam alur kepercayaan seperti inilah, aku mengakui bahwa sungguh Dialah penggerak utama yang menggerakkan setiap hati untuk datang menghampiri kamar kerahiman-Nya. Ada yang sudah 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun dan 30 tahun berjalan meninggalkan Tuhan, tapi satu hal yang Tuhan selalu buat yakni Ia tetap menanti mereka di kamar pengakuan, dan yang sungguh luar biasa bahwa dosa yang bertahun-tahun seperti itu hanya terhapuskan dalam rentang waktu singkat di kamar pengakuan itu. Sungguh, ini mendatangkan kecemburuan kepada kita seperti ketika Ia membagikan gaji kepada para pekerja yang masuk pada waktu yang berbeda tapi menerima gaji yang sama. Di sana terdapat ketidakadilan menurut manusia;  masakan yang datang bekerja pada jam 5 sore mendaptkan gaji yang sama dengan mereka yang datang bekerja pada jam 8?. Tapi justru itulah Allah kita. Keadilan-Nya terletak dalam ketidaksamaan. Keadilan-Nya bukan berdasarkan waktu kerja tapi pada kebutuhan setiap orang. Sungguh, Tuhan tahu dengan baik, bukan saja apa yang kita inginkan tapi juga apa yang kita butuhkan. Bukan hanya apa yang kita minta untuk tubuh kita tapi Ia tahu memberi apa yang perlu untuk jiwa kita. Maka tepatlah apa yang dikatakan oleh Yesus; “Jangan cari harta yang bisa dimakan ngengat tapi carilah harta di surga yang tidak pernah akan punah dalam rentang waktu.” Itulah Kerajaan Surga.


Penutup

Semoga sharing kecil ini menghantarmu bukan pertama-tama untuk mengagumi
si penulis melainkan lebih agar mengakui bahwa Allah itu sungguh baik. Allah mengampuni siapa saja yang datang kepada-Nya tanpa bertanya apa dosa-dosamu. Ia menerimamu apa adanya. Bukankah persembahan yang benar adalah hati yang hancur lebur? Tuhan sungguh ada di mana-mana. Da, Ia pun rela menerimamu kapan dan dimanapun engkau membutuhkan Dia. Dia yang tidak kelihatan namun Ada, akan selalu memberikan kejutan-kejutan yang tak terkira sebelumnya dalam hidupmu. Doaku selalu untukmu, agar engkau pun selalu bertumbuh dan berkembang dalam iman yang taat kepada-Nya. Percayalah, Ia tidak akan membiarkan engkau sendirian mengarungi badai hidup ini. Arungilah badai itu karena ketika badai itu membuatmu lemah, maka saat itulah kuasa-Nya menjadi nyata bagimu.

Semoga ini membantumu memaknai masa prapaskah yang akan dimulai pada hari RABU ABU nanti, terutama kiranya mendorongmu untuk mengakui dosa-dosamu sebelum merayakan Pesta PASKA nanti.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

Rinnong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Follow Us