Kamis, 07 Juli 2011

RENUNGAN MALAM: "DAN AKU PUN JADI KORBAN"


Sapaan seorang sahabat untuk para sahabat


Tidak bermaksud mengatakan bahwa kita tidak perlu makan atau minum, kita tidak perlu memelihara dan merawat tubuh kita, tapi baiklah kita lakukan semuanya itu dengan bijaksana sehingga hidup kita pun sungguh menjadi persembahan indah kepada Sang Pencipta kelak.

... "Dan Aku pun Jadi Korban,”  hanya lebih sebagai sebuah ajakan untuk menggunakan otak dan hati kita dengan baik dan benar, karena sesungguhnya merekalah alat control canggih sebagai pemberian istimewa dari Sang Pencipta kepada kita masing-masing. Sayangnya, entahkah remote itu sementara rusak atau memang enggan digunakan oleh pemiliknya, orang lain pun tak tak tahu, hanya engkau dan Penciptamu sendiri mengetahuinya.          


“DAN AKU PUN JADI KORBAN”


           Kita harus mengakui bahwa dunia ini panggung sandiwara, dan para pemerannya adalah saudara dan aku. Atau hidup kita laksana kertas putih yang diserahkan oleh Tuhan kepada kita dengan pensil berwarna, dan Tuhan membiarkan kita menggambar sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kalau memang demikian, mengapa ketika ada kesalahan dalam memerakan sandiwara atau ketika gambar kita kurang menarik, bukannya diri kita yang dipersalahkan malah kita dengan seenaknya mempersalahkan sang sutradara atau pemberi buku dan pensil berwarna? Ya, memang benarlah kata Yesus; “setitik debu di mata saudara bisa kita lihat tapi balok di mata sendiri, dianggapnya penghias mata sehingga tidak mau dihilangkan.”
         
             Hobby minum kopi rasanya  tidak bisa hilang; entahkah merek apa lagi yang belum kucoba di starbucks, tapi rasanya tidak ada lagi yang baru. Bahkan temanku di Jakarta biasanya mengirimkan kepadaku “kopi cap singa” (wow bisa mangsa orang lain ni) dengan pesan;“Romo, harap buka bungkusannya baik-baik karena ada hadiah uang.” Biasanya dari 20 bungkus, syukur ada seribu rupiah atau dua ribu, tapi kadang juga cuma dapat tulisan “Anda belum beruntung. Coba lagi!” Ya, aku mencoba terus untuk mendapatkan hadiah ratusan juta, namun tanpa terasa uang temanku habis hanya karena pengaruh iklan itu. Demikian pun, minuman-minuman lainnya dengan kemasan dan tawaran yang menggiurkan semakin merajai dunia kita dewasa ini.

            Mulai akhir tahun 90-an sampai sekarang, dunia perdagangan ramai mempromosikan slogan seperti "Three in One" khususnya untuk saset minuman yang di dalamnya telah tercampur gula, kopi dan susu. Hati terpengaruh dari apa yang kita dengar (telinga); apa yang kita lihat (mata) dan apa yang kita pikirkan (otak) sehingga akhirnya isi dompet (uang) pun dikeluarkan demi mendapatkan bungkusan minuman berlebel "three in one." Bukan hanya di warung-warung kopi, restoran-restoran atau rumah-rumah umat bisa ditemukan minuman seperti ini, tapi  juga di rumah-rumah biara para imam, suster dan di pastoran-pastoran pun tak mau ketinggalan menyediakan minuman seperti ini dalam beragam merek. Minuman-minuman ini lalu menjadi konsumsi tetap kaum berjubah (imam dan suster) sampai sekarang ini (Pasti tidak semua doyan)

             Bukan hanya dalam soal minuman. Soal kelangsingan dan keseksian tubuh, serta kecantikan dan ketampanan  pun menjadi tawaran yang menggiurkan; Obat semahal apa pun harus dibeli dan diminum agar langsing; alat dan ramuan kecantikan yang berharga  di atas ratusan ribu bahkan jutaan pun tak ketinggalan untuk didapatkan. Pokoknya mata melihat dan tergoda, otak berpikir terus tentang bagaimana mendapatkannya, dan hati mulai terpesona untuk segera menggunakanya sehingga isi dompet pun mulai dikeluarkan untuk hal-hal seperti itu.

             Menjadi bahan permenungan bagi kita di malam ini bahwa “kalau dalam soal Ekaristi; Tuhan dikorbankan lagi maka pasti dalam hal seperti ini, kita harus jujur mengakui bahwa; “Kita mengorbankan diri sendiri karena  nafsu dan keinginan yang tak  terkontrol.” Dalam sebuah renungan sebelumnya aku pernah mengatakan; “Tuhan menciptakan kita dengan keinginan tapi Ia juga memberikan kepada kita “remote control” yakni “hati dan otakmu.” Bukankah akar dosa seperti disebutkan dalam renungan pagi adalah “otak dan hati” kita yang tidak bisa berfungsi dengan baik dan benar? Pasti semua orang punya romote kontrol; entahkah remotenya sementara rusak atau memang ada tapi enggan digunakan, namun yang pasti bahwa ketika “kita mengorbankan diri sendiri” atau menjadi korban dari iklan-iklan komersial dari perusahaan-perusahaan itu maka rasanya kita terlalu berlebihan dalam peran yang kita mainkan atau kita salah mencampur warna sehingga gambar kita pun kurang sedap dipandang mata (Wow....perusahaan kencantikan “Martha Tilaar” bisa bangkrut ni..hehheheh...) Aku tidak mengatakan bahwa minum atau makan, urusan perawatan tubuh dan kebutuhan lainnya tidak penting, tetapi hendaklah kita bijak untuk menjadi pemain sandiwara yang baik, menjadi sorang pelukis yang sederhana, dan terlebih baiklah kita menggunakan segala yang Tuhan berikan kepada kita sesuai dengan maksud-Nya Sang Pencipta, setidak-tidaknya bukan untuk diri kita sendiri tapi juga untuk orang lain yang membutuhkan bantuan dan perhatian kita.

              Karena itu, malam ini aku datang lagi kepadamu sebagai saudara dan sahabatmu untuk  membisikan yang satu ini di telingan dan hatimu: “Jika Anda mempunyai uang; Anda bisa membeli perlengkapan dan perhiasan apa saja dan meletakan di rumahmu; Anda boleh membeli  apa saja yang bisa membuatmu tubuhmu kelihatan cantik dan anggun; Akan tetapi jangan lupa yang satu ini: “Hiasilah  jiwamu dengan kebaikan dan cinta kepada Tuhan dan sesama, karena hanya jiwa kitalah yang akan kembali kepada Sang Pencipta suatu saat nanti.”


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Follow Us