Jumat, 08 Juli 2011

Renungan Malam: "BIARLAH SI BUTA MENUNTUNKU KEPADAMU, TUHAN"



Sapaan seorang sahabat untuk para sahabat,

Kadang karena kesibukan dan kecemasan akan hidup, kita mengabaikan hak dan martabat orang lain. Rasanya mereka adalah penghalang atas ketergesaan hati untuk menggapai apa yang kita inginkan.

“Biarlah Si Buta Menuntunku kepada-Mu, Tuhan!” adalah sebuah kisah kecil ketika aku tergesa-gesa mengejar waktu berangkatnya kereta api sehingga melanggar aturan dan lebih dari itu mengabaikan hak dan martabat orang lain. Kisah ini hadir mala mini sebagai sebuah bahan permenungan sebelum beranjak ke tempat tidur.


"BIARLAH SI BUTA MENUNTUNKU KEPADAMU, TUHAN"


Keluar dari angkot aku berlari kencang ke arah pertokoan soalnya hari sedang hujan walaupun tidak terlalu deras. Melewati beberapa orang di depanku aku mencoba menggapai tempat pemeriksaan satpam sebelum memasuki mall yang harus dilalui menuju station kereta api.

Setelah pemeriksaan, aku baru sadar bahwa aku telah melewati 6 orang yang sedang antre menuju tempat pemeriksaan satpam. Ternyata, 5 diantara mereka adalah orang buta yang mencoba mengais rezeki dengan cara menawarkan jasa pelayanan pijit atau nama keren di Manila “massage.” Bagi pengunjung mall yang kecapaian atau membutuhkan sedikit pijitan pada tubuh mereka. Kelima orang buta ini dituntun oleh seorang gadis kecil yang berumur sekitar 10 tahun. Mereka berdiri di antrean, di belakang gadis kecil itu, sementara si gadis memandangku sambil tersenyum menyaksikan tingka lakuku sore tadi, yang nampak sangat tergesa-gesa ingin cepat pulang karena pekerjaan rumah yang harus kuselesaikan.

Memandang mereka dalam keadaan diam, seakan hati mereka menjerit walaupun mata tak dapat memandang dengan mengatakan; “Antre dong, nak!” Apalagi melihat gadis kecil yang tetap tersenyum bagaikan malaikat itu aku hanya diam terpaku mempersalahkan diri atas kejadian itu.

Setelah pemeriksaan, mereka dituntun oleh gadis itu naik tangga menuju tempat pijit mereka sambil sesekali gadis itu menoleh ke belakang 5 orang buta yang saling berpegangan bahu itu sambil tertawa riang gembira, seakan mengatakan bahwa butanya mata tidak membuat hati mereka buta sepertiku.

Malam ini, aku hanya mau datang mengetuk kesadaranmu bahwa kadang kita merasa diri dan urusan kitalah yang paling penting. Orang lain hanyalah hambatan bagi kita untuk menggapai tujuan dan cita-cita kita. Gadis kecil yang memandangku sambil tersenyum bagaikan malaikat itu mengajarkan tentang perlunya menghargai orang lain yang tidak memiliki kesempurnaan tubuh seperti kita, yang tidak memiliki kesempatan seperti kita, tapi berjuang melanjutkan hidup mereka dengan cara yang terhormat. Senyumnya bagaikan tetesan pengampunan bagiku, tapi rasaku seperti hukuman atas ketergesa-gesaanku sehingga mengabaikan hak orang lain.

Baiklah jika malam ini kita bermenung bahwa hanya karena kepentingan diri, hanya karena apa yang kita inginkan kadang hak dan martabat orang lain kita korbankan. Orang lain mungkin tidak berteriak dan mengutuk ketidakadilan yang mereka alami karena kata dan perbuatan kita, tapi baiklah kita memeriksa diri untuk sebuah penghormatan yang wajar terhadap orang lain sebagai manusia sama seperti diri kita. Bukankah Yesus pernah ingatkan kita bahwa “jika Anda ingin orang lain perbuat sesuatu yang baik kepadamu maka perbuatlah lebih dulu kepada mereka?” Aku selalu percaya bahwa kita belum terlambat untuk sebuah perubahan diri. Selalu tersedia ruang di hidup kita untuk sebuah perubahan dan pertobatan. Keputusannya ada pada diri kita masing-masing saat ini.

Pesanku; “Kadang kita yang dapat melihat tapi tidak dapat merasa ini membiarkan diri dituntut oleh orang buta lewat kebutaan mata mereka.” Karena sesungguhnya buta hati lebih parah dari buta mata. Namun, yang lebih disayangkan adalah ketika banyak orang membiarkan mata dan hati mereka menjadi buta untuk menghormati dan menghargai nilai keadilan, kebenaran, kejujuran dan martabat orang lain di sekitarnya. Semoga malam ini, kita pun berteriak bersama si buta; “Yesus, sembuhkanlah aku yang buta ini!”


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

***Duc in Altum***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Follow Us